IMG_20251226_151110

Kapal Perintis Menjawab Isolasi Distrik Pesisir Papua Tengah

John Gobai : Pendekatan Pemerintah Harus Ditunjangi 3 Alat Transfortasi

Nabire, Papua Tengah – galaMandiri –
Di sepanjang pesisir dan alur sungai Papua Tengah, terdapat wilayah-wilayah yang selama puluhan tahun hidup dalam keterbatasan akses. Jita, Teluk Umar, Yaur, dan Wapoga adalah distrik-distrik di wilayah perbatasan kabupaten yang lama terpisah dari arus pelayanan pemerintahan dan transportasi reguler.
Distrik Jita berada di perbatasan Kabupaten Mimika dan Asmat, dengan akses utama melalui sungai. Teluk Umar dan Yaur terletak di batas Kabupaten Nabire dan Teluk Wondama. Sementara Wapoga menjadi wilayah unik karena berada di dua administrasi kabupaten sekaligus, yakni Waropen dan Nabire. Keempatnya berada di kawasan pesisir dan sungai, yang sangat bergantung pada transportasi laut.
Wakil Ketua IV DPR Provinsi Papua Tengah, John N. R. Gobai, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Menurutnya, selama puluhan tahun wilayah-wilayah ini nyaris tidak pernah disinggahi kapal perintis, padahal masyarakat sangat bergantung pada jalur laut dan sungai.
“Saya cukup mengetahui kebutuhan masyarakat di sana. Tanpa transportasi, pelayanan pemerintahan sulit berjalan,” ujar Gobai.


Bagi masyarakat pesisir Papua, kapal bukan hanya alat angkut. Kapal adalah penghubung hidup—membawa warga ke kota, mengantar hasil bumi ke pasar, serta menjadi jalur masuknya layanan pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan.
Wapoga menjadi salah satu contoh nyata. Distrik ini sempat dilayani kapal perintis, namun pelayanan tersebut terhenti dalam waktu lama. Melalui perjuangan dan dorongan berkelanjutan, sejak awal tahun 2024 kapal perintis kembali melayani Wapoga. Dampaknya langsung terasa: akses terbuka dan mobilitas masyarakat kembali berjalan.
Gobai menegaskan bahwa pendekatan pemerintah ke wilayah terpencil harus ditopang oleh tiga sarana utama. “Pelayanan pemerintahan harus ditunjang transportasi udara, laut, dan darat, serta didukung sarana komunikasi. Tanpa itu, pelayanan tidak akan maksimal,” katanya.
Upaya tersebut kini membuahkan hasil. Sejak awal 2024, kapal perintis telah melayani rute Wapoga, Teluk Umar, dan Yaur, dan berjalan stabil hingga kini. Pada tahun 2025, rute pelayanan diperluas. Dari Nabire, kapal akan menuju Yaur, Teluk Umar, Weinami–Napan, dan Wapoga, dengan pola pulang-pergi kampung–kota.
Pelayanan ini dijalankan oleh Kapal Perintis Sanus 63 dan Sanus 58. Pada tahun 2026, trayek yang sama akan dilanjutkan, dengan tambahan rute menuju Pulau Moor dan Mambor, Kabupaten Nabire.
Sementara itu, perjuangan menghadirkan kapal perintis ke Distrik Jita memiliki tantangan tersendiri. Gobai menjelaskan, inisiatif tersebut berawal dari protes terhadap PT Freeport Indonesia terkait pendangkalan sungai yang selama ini menjadi jalur transportasi utama masyarakat wilayah timur Mimika.
“Saya berpikir, jika hanya memprotes tanpa menghadirkan solusi, itu tidak cukup,” ungkapnya.
Dari pemikiran tersebut, Gobai mendorong agar kapal perintis dapat singgah di Pelabuhan Sipu-sipu, Distrik Jita. Pelayanan kapal perintis untuk Jita dijadwalkan mulai berjalan pada tahun 2025 dan berlanjut hingga 2026, dengan rute Agats – Sipu-sipu/Jita – Pomako – Sipu-sipu/Jita – Agats, menggunakan Kapal Perintis Sanus.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa persoalan pendangkalan sungai tetap harus menjadi tanggung jawab PT Freeport Indonesia untuk dilakukan pengerukan.
Dengan dibukanya trayek perintis ini, Gobai berharap guru, tenaga kesehatan, dan aparatur distrik dapat tinggal dan menjalankan tugas di wilayah pelayanan. Program-program pemerintah pun diharapkan benar-benar menjangkau masyarakat.
Selain itu, masyarakat dapat membawa hasil bumi ke kota untuk dijual, lalu kembali ke kampung dengan kebutuhan hidup—menggunakan kapal yang sama—sehingga roda ekonomi kampung dapat terus berputar.
Sebagai pimpinan DPR Papua Tengah yang konsisten memperjuangkan transportasi perintis di wilayah utara dan selatan Papua Tengah, Gobai menyampaikan apresiasi kepada Menteri Perhubungan RI, Dirjen Perhubungan Laut, jajaran Direktorat Angkutan Laut, serta Dinas Perhubungan Provinsi Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para kepala distrik dan masyarakat Jita, Yaur, Teluk Umar, dan Wapoga—masyarakat yang selama ini bertahan di garis terluar negeri.
Bagi Papua, kapal perintis bukan sekadar rute pelayaran. Ia adalah tanda kehadiran negara dan pembuka harapan. (red)

    Leave A Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *